Senin, 19 Januari 2009

9 Segmen Karakter Unik Indonesia

Dalam menentukan target market sebuah produk faktor demografi adalah salah satu cara untuk menentukan target segmen mana yang akan dibidik. Penentuan pemilihan target market mempunyai tujuan untuk menentukan strategi komunikasi yang tepat sesuai dengan target market yang dipilih. Pemilihan ini didasari bahwa perbedaan demografi itu akan menentukan pola perilaku konsumen. Bisa diambil contoh status ekonomi sosial golongan E atau D akan lebih Price Concious dibanding dengan segmen di golongan ses B atau A.

Namun apakah Demografi salah satu faktor untuk menentukan target market, tentu saja tidak karena ternyata masih banyak faktor – faktor lain yang juga menentukan dalam pola perilaku konsumen sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk membidik suatu target market. Berdasarkan hasil survey omnibus Dwi sapta Advertising yang dilaksanakan bulan Januari – Februari 2006 di 8 kota besar Indonesia : Jabotabek, Bandung, semarang, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Denpasar dan Makassar melibatkan 2020 reponden. Mendapatkan temuan yang menarik dimana sifat sifat yang masuk sebagai gaya hidup dan falsafah hidup responden itu sendiri adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipertimbangkan, sehingga dapat dikatagorikan sebagai acuan dalam menentukan target yang akan dibidik dan akhirnya dapat dijadikan suatu metode dalam pendekatan kekonsumen itu sendiri baik itu melalui iklan atau program promosi lainnya.

Seiring dengan semakin berkembangnya pola hidup suatu masyarakat, sudah pasti gaya hidup juga akan mulai berubah mengikutinya. Banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya adalah budaya sehingga melahirkan sifat – sifat yang unik baik itu segi positif ataupun segi negative. sifat – sifat itulah yang oleh masyarakat dijadikan sebagai dasar dalam memilih pacar, teman atau bahkan pasangan hidupnya begitupun dengan pemilihan dalam menentukan suatu produk. Berdasarkan hasil survey omnibus yang dilaksanakan serentak di 8 kota didapatkan 9 segmen karakter unik yang berbeda.

Sebut saja Andi yang kini berusia 33 tahun, biasa bekerja sebagai buruh pabrik dipinggiran Jakarta. Istrinya hanyalah ibu rumah tangga biasa yang tinggal dirumah kontrakan dekat dengan pabrik tempatnya bekerja. Kalau hari liburnya tiba biasanya Maman lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarganya dirumah, disamping untuk pengiritan, keluarga adalah faktor yang paling penting dalam hidupnya sehingga sewaktu ada demo hari buruh Maman lebih memilih tetap bekerja daripada harus turut serta dengan teman – temannya karena dia berpikir orang sepertinya yang hanya berpendidikan rendah akan amat sulit mencari kerja jika nantinya akan kena PHK hanya lantaran turut berdemo sehingga maman lebih memilih posisi aman demi tetap berlangsungnya hidup keluarganya. Maman lebih berperinsif bahwa pendidikan formal bukan faktor penting dalam mencapai suatu keberhasilan.

Tipikal seperti Maman dalam survey masuk katagori Mr & Mrs Cuek. sifat ini kebanyakan dengan tingkat pendidikan rendah dan pekerjaan yang dimilikinya hanya pekerjaan kasar serta didominasi oleh usia produktif antara 26 – 45 tahun dengan golongan ses C dan kebanyakan kaum pria. Segmen ini biasanya akan membeli suatu produk dengan skala prioritas yang dia butuhkan, akan membeli suatu produk yang mereknya dikenal banyak orang, tidak terlalu peduli dengan kandungan suatu produk yang penting rasanya enak bisa memberikan kepuasaan untuk saat sekarang. Segmen ini bisa didekati dengan meningkatkan awareness. Not content but Context

Sangat berbeda dengan Andi, ada lagi sifat yang begitu memperhatikan pendidikan dan begitu memiliki ambisi dalam menjalankan hidupnya dan optimis dalam memandang sesuatu sehingga segmen ini sangat memperhatikan masa depan. Kelompok ini umumnya berpendidikan Sarjana dengan golongan SES A yang mempunyai Empathy yang cukup tinggi, seperti rajin menolong, menghormati orang lain, jujur dan selalu rukun dengan siapa saja. Seperti sifatnya sehingga golongan ini di sebut Mr & Mrs Empathy. Dilihat berdasarkan 8 kota yang disurvey segmen ini lebih didominasi dan kaum Pria dengan usia produktif berkisar antara 26 – 35 tahun.

Merupakan suatu tantangan besar untuk merangkul Mr & Mrs Empathy untuk menjadi konsumen dambaan, pola pendekatannya harus dengan cara yang pintar karena sifat ini sudah penuh dengan informasi dan dukungan namun ada juga kelemahan sifat ini yang mudah dipermainkan dengan perasaan sehingga pendekatan secara emotional atau iklan yang menyentuh lebih banyak diminatinya.

Ada lagi segmen yang umumnya sangat memperhatikan penampilannya seperti baju atau aksesoris. Biasanya menggunakan merek terkenal bahkan dari luar negeri. Segmen ini I senang mengikuti trend karena tidak mau ketinggalan zaman. Pemilihan barang – barang yang berkualitas merupakan gaya hidupnya karena mereka berperinsip penampilan mencerminkan pribadi yang berkualitas sehingga dapat mendongkrak status sosialnya. Berdasarkan sifatnya golongan ini masuk kategori orang yang gengsian dengan penggolongan Mr & Mrs Prestige. Kebanyakan sifat ini lebih dimonopoli oleh masyarakat perkotaan namun tidak menutup kemungkinan orang daerahpun justru akan memiliki peluang yang lebih tinggi selama tidak tertutup fasilitas. Mayoritas sifat ini lebih didominasi kaum wanita dan lebih dengan usia cenderung relatif muda yaitu berkisar antara 15 – 25 tahun dengan SES A.

Segmen ini mempunyai ego yang cukup tinggi, bisa didekati dengan sesuatu yang berbau ”prestige”, merek-merek yang biasa mereka gunakan adalah merek terkenal buatan luar negeri, mereka akan merasa belum puas kalau penampilannya sama dengan orang lain, akan merasa bangga kalau dianggap lebih dengan lingkungan hidupnya.

Lain lagi dengan sifat gengsian, segmen Mr & Mrs Hemat adalah kebalikannya dimana dalam membeli barang selalu mementingkan harga sedangkan kualitas bukanlah faktor yang utama. Karena kebanyakan mereka berpendidikan rendah yang umumnya para ibu rumah tangga. Umumnya sumber penghasilan kelompok ini lebih pada kepala rumah tangga saja dan memiliki beberapa orang anak sehingga memilih sikap hemat sangatlah diperlukan guna kelangsungan hidupnya. Kelompok ini kebanyakan pendidikan terakhirnya adalah SLTP dengan usia 15 – 35 tahun dan kebanyakan ibu rumah tangga. Pendekatan dalam kelompok ini lebih pada informasi harga yang sejelas – jelasnya karena penganut sifat ini memiliki kebiasaan membanding – bandingkan harga sebab hobby berburu harga murah.

Segmen yang kelima adalah Segmen Mr & Mrs Inovatif, pemilik sifat ini membuat kita kembali keusia muda, karena sifat ini lebih didominasi oleh usia muda berkisar antara 15 – 25 tahun yang mayoritas adalah pelajar. Sesuai dengan jiwanya yang masih muda, pemilik sifat ini sangat menyukai tantangan apalagi hal – hal baru tentu akan segera diburunya. Umumnya pemilik sifat ini lebih menyukai sesuatu yang menyenangkan dan menyukai hal – hal yang berbau praktis juga tidak menyukai sesuatu yang merepotkan atau istilahnya “ribet” karena umumnya sifat ini penuh dengan berbagai macam kesibukan disamping keberadaanya sebagai pelajar. Sifat ini dikenal dengan sifat penuh innovatif yang kebanyakan berjenis kelamin laki – laki, dengan golongan ses A. Pendekatan terhadap sifat ini lebih berbau teknologi karena jiwanya yang penuh inovatif, sehingga lebih tertarik terhadap perkembangan – perkembangan teknologi atau sesuatu yang penuh tantangan dengan jiwa muda. Kalau pendekatan kearah humor sudah pasti mengundang sifat ini namun humornya lebih pada “Smart humor”.

Segmen selanjutnya ini amat mudah ditemui karena penganut sifat ini lebih agamais. Dalam menjalankan kehidupannyapun lebih pada penyerahan diri yang menbuat sifat ini tidak banyak maunya atau istilahnya “Penuh neko – neko”. Namun jangan tanyakan soal kedisiplinan sudah pasti pemilik sifat ini sangat mementingkan kedisiplinan sehingga menabung atau berhemat menjadi jalan hidupnya. Sifat ini juga lebih mencintai keluarganya karena jika memiliki waktu luang selalu dihabiskan bersama keluarganya baik itu untuk berwisata atau hanya dirumah saja. Pemilik sifat ini dikategorikan sebagai
Mr & Mrs Lempeng, umumnya adalah para wanita yang berstatus sebagai ibu rumah tangga dengan usia rata – rata 26 – 35 tahun. Pendekatan terhadap golongan ini lebih mudah karena umumnya lebih suka tinggal dirumah jadi iklan TV sudah pasti cukup mengena asalkan tidak melanggar norma agama dan kesopanan.

Selanjutnya segmen ketujuh digolongkan sebagai sifat Mr & Mrs Bijak Kebanyakan sifat ini selalu ingin dianggap orang memiliki sifat dewasa dan biasanya sebelum melakukan sesuatu lebih sering meminta pendapat rekan atau keluarga. Pemilik sifat ini lebih suka orang yang menyadari kelemahannya karena kebanyakan dimiliki oleh kaum wanita khususnya ibu rumah tangga dengan SES C. Kalau dilihat tokoh, kelihatannya Dessy ratna sari masuk katagori figure bijak karena memiliki sifat keibuan dan dalam sinetronpun selalu jadi ibu yang baik – baik saja. Pendekatan bagi sifat ini cukup sederhana karena waktu yang mereka habiskan kebanyakan dirumah jadi kemungkinan nonton TV nya lebih besar, iklan TV yang ada penggambaran Ibu dan anak sangat menarik bagi segmen ini.

Hal yang paling menarik adalah ditemukannya segmen Mr & Mrs Trusty, dimana segmen ini didominasi oleh para wiraswasta yang sangat memperhatikan unsur kejujuran. Namun golongan ini tidak terlalu menyukai keramaian karena umumnya berjenis kelamin laki – laki dengan usia rata – rata 26 – 35 tahun. Segmen ini adalah kelompok yang gampang mudah percaya terhadap orang lain apalagi orang yang memberikan informasi adalah orang – orang yang mereka percayai seperti Dokter, ilmuwan ataupun artis. Segmen ini bisa didekati dengan cara iklan yang memberikan informasi mengenai benefit produk ataupun iklan yang menggunakan ahli dibidangnya.

Dan penggolongan yang terakhir adalah dikenal dengan sifat Mr & Mrs Friedship. Kedekatannya dengan keluarga bisa diancungkan jempol karena pemilik sifat ini lebih dekat dengan keluarga juga dengan teman – temannya, Menurut mereka teman dan keluarga adalah segalanya sehingga ada istilah dikelompok ini “makan tak makan asal ngumpul”. Segmen ini kebanyakan para pekerja dan lebih didominasi kaum laki – laki dengan pendidikan Sarjana dan usia berkisar antara 26-35 tahun. Kelompok ini biasa terlihat nongkrong di mal sambil bercanda dan merokok ramai-ramai.

Pendekatan sifat ini lebih pada acara-acara yang melibatkan kebersamaan, iklan seperti iklan rokok yang paling banyak menggunakan pendekatan ini. Cara ini sangat efektif karena biasanya unsur kebersamaan dan kekeluargaan masih sangat dijunjung tinggi masyarakat Indonesia.

Nama Segmen

Mr & Mrs Cuek 12.3%
· Pendidikan rendah
· Kebanyakan pria
· Pekerjaan Blue Collar
· Usia 26 – 45 tahun
· Pengeluran antara Rp 1.000.001 - Rp 1.500.000
· Saya tidak terlalu perduli dengan kondisi negara, yang penting saya & keluarga bisa hidup
· Saya termasuk orang yang tidak terlalu perduli dengan pendidikan formal
· Menurut saya, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh tingkatan pendidikan saja
Mr & Mrs Empathy 11.8%
· Pendidikan Sarjana (S1/S2/S3)
· Kebanyakan pria
· Usia segmen antara 26 – 35 tahun
· Pengeluaran diantara Rp 1.500.001 – Rp 2.000.000
· Menghormati orang lain adalah suatu sikap yang harus saya pegang
· Bagi saya, hidup mandiri lebih baik dibandingkan selalu bergantung dari orang lain
· Dalam hidup bermasyarakat, kerukunan hidup antar warga yang berlainan adalah dambaan
· Saya termasuk orang yang sangat memperhatikan masa depan saya
· Saya termasuk orang yang selalu optimis dalam memandang sesuatu hal
· Saya Menyukai kejujuran
· Bagi saya, mempunyai ambisi dalam hidup adalah penting

Mr & Mrs Prestige 13.6%
· Kebanyakan berpendidikan Sarjana (S1/S2/S3)
· Kebanyakan wanita
· Usia segmen antara 15 – 25 tahun
· Pengeluran ini cenderung paling besar
· Saya selalu mengikuti hal-hal yang sedang nge-trend
· Saya lebih suka membeli barang/produk yang mereknya terkenal
· Saya selalu memperhatikan penampilan saya
· Saya lebih Senang dengan produk/barang dari luar negeri (khususnya dari negara barat) dibandingkan dengan buatan dalam negeri
· Saya adalah orang yang mempunyai gengsi yang tinggi
· Saya lebih suka membeli barang/produk yang kualitasnya bagus
Mr & Mrs Hemat 11.5%
· Kebanyakan berpendidikan SLTP
· Kebanyakan Ibu rumah tangga
· Usia antara 15 – 35 tahun
· Pengeluaran cenderung paling kecil
· Dalam membeli barang/produk, saya lebih mementingkan harga dibandingkan kualitas barang/produk

Mr & Mrs Innovative 11.5%
· Kebanyakan pelajar/Mahasiswa
· Kebanyakan pria
· Usia 15- 25 tahun
· Pengeluran antara Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000
· Saya adalah tipe orang yang menyukai tantangan
· Saya menyukai hal-hal yang baru
· Saya lebih menyukai hal-hal yang praktis
· Saya menyukai hal-hal yang bersifat fun
· Saya menyukai kesibukan
Mr & Mrs Lempeng 12.8%
· Kebanyakan Ibu rumah tangga
· Kebanyakan wanita
· Usia 26 – 35 tahun
· Pengeluaran antara Rp 1.500.001 – Rp 2.000.000
· Saya selalu menjalankan ibadah agama yang saya anut
· Saya menyukai kedisiplinan
· Saya termasuk orang yang suka berhemat
· Saya lebih suka menghabiskan waktu luang bersama keluarga
Mr & Mrs Bijak 11.7%
· Kebanyakan wanita
· Kebanyakan Ibu rumah tangga
· Usia antara 36 – 45 tahun
· Pengeluran antara Rp 1.000.001 - Rp 1.500.000
· Saya selalu Ingin dianggap oleh orang lain mempunyai sikap dewasa
· Sebelum melakukan sesuatu, saya lebih sering meminta pendapat rekan/keluarga terlebih dahulu
· Saya lebih suka dengan orang yang dapat menyadari kelemahan yang ada pada dirinya
Mr & Mrs Trusty 13.4%
· Jenis kelamin laki-laki
· Kebanyakan wiraswasta
· Usia antara 26 – 35 tahun
· Pengeluaran antara Rp 1.500.001 – Rp 2.000.000
· Termasuk orang yang mudah percaya pada orang lain
· Tidak terlalu menyukai keramaian
Mr & Mrs Friendship 1.4%
· Kebanyakan Laki-laki
· Usia 26 – 35 tahun
· Dekat dengan keluarganya
· Dekat dengan teman-temannya
By Dodi Rudiana Permana, Tulisan telah diterbitkan di Majalah : Bee Magazines Dwisapta 2006

Kamis, 15 Januari 2009

Mengukur Market Size

Mengukur market Size ataupun market Demand menjadi tugas mutlak seorang marketer sebelum meluncurkan (launching) sebuah produk atau jasa.

Dahulu, sebelum PT. Aqua Golden Mississippi (AGM) memutuskan untuk menjual air mineral dalam kemasan (AMDK), mereka tentu saja harus memiliki keyakinan akan potensi pasar yang ada. Saat itu, sebagian besar masyarakat masih beranggapan akan sangat sulit (bukan tidak mungkin !) untuk menjual air yang dikemas lebih mahal dari 1 liter minyak tanah atau mungkin 1 liter solar, mungkin kita pun termasuk orang yang pesimis waktu itu.

Dengan data dan informasi yang dimiliki mengenai rendahnya kualitas AIR TANAH khususnya di kota-kota besar serta dan semakin hari semakin berkurangnya kualitas AIR PAM, membuat para petinggi PT AGM semakin optimis.

Mereka mulai menghitung potensi pasar dengan pendekatan jumlah penduduk diperkotaan
Caranya : Jumlah penduduk Kota besar X 2 Liter (minimal Kebutuhan Air Per hari) - Penduduk yang tidak mampu beli - Penduduk yang tidak mau beli, dan terakhir mungkin dikurangi dengan jumlah penduduk yang masih memperoleh air bersih dan sangat layak minum.

Perolehan Jumlah tersebut bisa ditambahkan lagi dengan berbagai aktivitas promosi untuk mempengaruhi perilaku konsumen misalnya :
- Bawa Air Dalam Kemasan saat perjalanan, masa sih harus bawa-bawa termos air
- Minum Air Dalam Kemasan setelah berolah raga
- Gunakan Air Dalam Kemasan untuk memasak
- Gunakan Air Dalam Kemasan untuk membuat susu bayi
- Gunakan Air Dalam Kemasan untuk orang yang sedang sakit, dan berbagai bentuk kegiatan lainnya.
- Bahkan sempat PT AGM menyarankan untuk menggunakan AQUA sebagai pengisi air radiator kendaraan mewah.

Contoh lainnya :
Jika produk anda adalah Shock Breaker Motor, caranya adalah :
jumlah Motor yang terjual setiap tahunnya = 5.000.000 unit
Usia rata-rata motor di jalanan = 6 tahun
Rata-rata usia penggantian Shock breaker = 3 tahun
Maka potensi market anda adalah : 5jt X 6 thn - 3 tahun = 15.000.000 unit per tahun

Lebih jauh:
hitung jumlah pemain (penjual SB) yang ada, lalu hitung kapasitas produksi masing-masing perusahaan tersebut. Nah, anda bisa melihat apakah pasar tersebut sudah over capacity atau masih memadai.

Anda juga bisa mencari ceruk pasar yang berbeda, misalnya khusus menjual Shock breaker aksesoris, dimana orang mengganti shock breaker bukan karena rusak tapi karena mengikuti model.

Word Of Mouth

Word of Mouth atau biasa disingkat WOM, terkadang sering juga diartikan dengan sebutan "Marketing Lewat Mulut" dan dalam bahasa jawa disebut "Gethok Tular".

Mengapa banyak perusahaan tertarik dengan metode ini ?
Selain memang cukup efektif, namun menurut hemat saya, sebagian besar karena metode ini GRATIS, bukankah yang gratis banyak penggemarnya ?
Coba bandingkan dengan biaya komunikasi kepada konsumen yang harus dikeluarkan jika memilih menggunakan media lain seperti TV, Koran atau Billboard ?

Memperkenalkan produk atau Jasa dengan cara WOM, seyogyanya lebih pantas untuk produk/jasa yang sudah lama launching. Karena untuk produk baru, rata-rata belum memiliki base pelanggan, sehingga akan sangat lama untuk menjadi besar.

Dari banyak penelitian yang pernah dilakukan ternyata orang Indonesia akan menceritakan kepada sedikitnya 3 orang untuk hal-hal yang membuatnya senang atau puas. Namun, sebaliknya dia akan menceritakan kepada sedikitnya 15 orang untuk hal-hal yang membuatnya mengecewakan dan kepada sebanyak-banyaknya orang untuk hal-hal yang menjengkelkannya.....!!!

Menggunakan Metode WOM memiliki keuntungan dan Kerugian.

Kerugiannya :
1. Informasi tidak bisa dikontrol. Sehingga bisa saja hal Biasa menjadi Buruk atau bahkan menjadi "Luar Biasa" tergantung si pembawa berita.
2. Tidak ada target waktu mencapai tujuan WOM. Tidak bisa ditentukan jumlah pelanggan baru sebesar ...% dengan metode ini.
3. Mudah ditiru oleh kompetitor
4. Terkadang merek kita yang dibicarakan tetapi merek kompetitor yang "panen". Misalnya manfaat refleksi atau manfaat minum buah mengkudu, belum tentu produk yang dibeli adalah merek kita, bisa jadi yang dibeli adalah merek kompetitor yang berlokasi lebih dekat dengan calon pelanggan.
5. Tidak cocok untuk produk atau jasa yang baru diluncurkan
6. Produk/jasa harus benar-benar prima atau yang terbaik, karena jarang atau hampir tidak ada orang yang merekomendasikan produk yang biasa saja.


Keuntungannya :
1. Murah bahkan Gratis
2. Saat ini dapat menyebar dengan cepat dengan menggunakan VIRAL MARKETING
3. Lebih mudah meyakinkan calon konsumen karena informasi bersumber dari orang yang dikenal
4. Tingkat loyalitasnya lebih tinggi
5. Lebih cepat menimbulkan pembelian dibanding dengan metode komunikasi lainnya.


Word of mouth..memang membuat suatu produk dapat menjadi terangkat atau bahkan jatuh karenanya.
Oleh karena itu WOM sendiri sebenarnya dapat dibuat sedemikian mungkin agar menjadi baik..baik itu bagi produk atau perusahaan yang bersangkutan, caranya:
1. Buat produk yang memang berkualitas baik.
2. Bilamana produk tidak memenuhi standar kualitas, itu sudah pasti menjadi tugas marketing untuk mengangkat fitur2 yang terkandung dari produk tersbut yang merupakan selling point yang baik..
3. Betul sekali bahwa WOM dikeluarkan oleh pihak ketiga dan seterusnya..oleh karena itu buatlah pihak ketiga tersbut benar2 memahami kebutuhannya dan memang terakomodir oleh produk ini..
4. WOM terbaik keluar dari orang2 besar atlit, petinggi, pejabat, artis, dll. bila kata2 mutiara telah keluar dari mulut mereka, maka semua dapat terhipnotis.
5. Buatlah orang2 penghasil WOM ini puas, caranya entertain mereka, endors mereka, buat hubungan yang selalu baik dengan mereka dan tanamkan kehebatan produk dan perusahaan kita pada diri mereka.
6. Buatlah event yang membuat nama perusahaan menjadi besar atau setidaknya sponsorilah event2 yang besar perkenalkan produk kita lewat alat2 promosi yang tepat pada event tersebut.

Coba ingat-ingat : apakah Rumah Sakit, Dokter, Taksi, Restaurant atau Hotel atau yang kita gunakan selama ini karena iklannya diberbagai media atau karena Bisikan atau mungkin rekomendasi dari seseorang ?

Rabu, 14 Januari 2009

Bagaimana pola orang memilih stasiun Televisi?

Industri televisi sekarang sudah mengalami banyak kemajuan, diawali dengan TVRI sekarang sudah ada 10 TV swasta Nasional dan ditambah TV lokal yang ada didaerah masing - masing


Menurut data Nielsen rata - rata orang menonton TV sekitar 4 jam sehari, dimana jam 18.00 - 22.00 adalah jam orang banyak menonton. kecuali saat lebaran ada perbedaan waktu nonton yang cukup signifikant dimana jam 3 - 4 pagi banyak umat muslim saur sambil menonton TV.


Hal yang jadi pertanyaan adalah ? stasiun TV mana yang mereka pilih ketika mereka tonton, kalau dari data nielsen ada beberapa fluktuasi yang terjadi dimana SCTV, RCTI, Indosiar saling berebut posisi merebut hati pemirsa.

Kalau dari Riset yang pernah saya lakukan ternyata penonton TV itu tidak loyal terhadap satu stasiun TV, tapi loyal terhadap acara. jadi kalau dilihat angkanya sekitar 70% penonton memilih program TV dibanding stasiun TV ketika mereka akan menonton TV.


Hal ini sebenarnya merupakan peluang bagi stasiun TV baru mempunyai kesempatan yang cukup besar untuk bisa mengalahkan stasiun TV lainnya, salah satu contoh adalah acara termehek mehek yang disiarkan di Trans TV pada tahun 2008 akhir bisa mendapat rating yang paling tinggi.


Kalau dilihat dari paradigma sekarang stasiun TV seperti RCTI tidak segan mengganti yang baru tayang jika rating yang dihasilkan tidak terlalu bagus. ya mungkin itu salah satu cara mereka agar mereka bisa tetap menjadi TV yang paling banyak ditonton.


So kedepannya kita lihat saja apa yang akan terjadi?


salam @ dodi






Jumat, 09 Januari 2009

Sampai Kapan Positioning Brand kita perlu dipertahankan?



Pertanyaan ini cukup mengelitik biasanya diajukan oleh para marketer terhadap produk yang mereka miliki?
4 Hal yang sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah?

1. Product Vision
Visi dari produk ketika embrio brand ini baru dilahirkan adalah menentukan bagaimana positioning brand kita akan dibawa. hal yang harus kita perhatikan apakah positioning produk masih relevan dengan produknya.


2. Competition
Melihat Kompetesi yang terjadi seperti apa? apakah secara kompetisi produk yang dimiliki memounyai keunggulan USP dibanding produk kompetitor.


3. Brand Audit

Brand audit sangat penting kita melakukan, untuk melihat bagaimana positioning yang sudah kita lakukan bisa diterima oleh konsumen. kita perlu melakukan riset konsumen dimana hal yang bisa kita gali dalam riset ini adalah :
Brand image dari konsumen meliputi teknik brand association


4. Sales Perfomance

Ini merupakan hal yang paling penting, bagaimanapun positifnya brand image tapi tidak menciptakan sales itu merupakan hal yang sia sia.

Kalau saja dari keempat faktor ini dianggap positif, sebaiknya Anda tetap mempertahankan aset positioning yang anda ciptakan. kalau dirasa perfomance tidak sesuai buru burulah mengganti positioning brand anda @cherrs dodi